AMAN Kalteng Gelar Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat: Langkah Konkret Menyuarakan Hak Masyarakat Adat
Para peserta tampak antusias dalam mengikuti Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Aula Bungur Hotel Putra Kahayan, Palangka Raya | Dokumentasi Panitia
Palangka Raya ,– Di tengah konflik lahan dan kriminalisasi yang masih menjadi momok bagi Masyarakat Adat di Kalimantan Tengah, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalteng terus berupaya mencari solusi. Salah satu langkah konkritnya adalah menggelar Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat bagi staf Biro Informasi dan Komunikasi (Infokom) serta melibatkan mahasiswa dari berbagai universitas di Palangka Raya.
Pelatihan bertajuk “Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat” ini dilaksanakan pada selasa-kamis, (3-5/12/2024), di Aula Bungur Hotel Putra Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Kegiatan ini sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas penulisan berita di kanal media sosial AMAN Kalteng. Dengan pelatihan ini, diharapkan isu-isu Masyarakat Adat dapat tersuarakan lebih luas dan efektif.
“Pemerintah ini bahasanya dicubit dulu, ada istilah diviralkan. Kenapa perda (Peraturan Daerah) tidak terbit karena tidak ada yang mengingatkan. Dan peran-peran jurnalis Masyarakat Adat sangat dibutuhkan dan karena itulah kenapa pelatihan ini pentingn diadakan’, Ujar Apriadi Gunawan, Infokom PB AMAN, pada saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan acara
Masyarakat Adat di Kalimantan Tengah masih menghadapi sejumlah permasalahan, mulai dari konflik agraria, kriminalisasi, hingga ketimpangan kebijakan yang kurang mendukung perlindungan mereka. Parahnya lagi, suara mereka sering kali terpinggirkan karena minimnya media untuk menyampaikan cerita dan aspirasi.
“Kami berharap berita yang dihasilkan bukan hanya menjadi dokumentasi, tetapi juga alat untuk membangun opini publik yang lebih mendukung Masyarakat Adat,” kata Kepala Biro Advokasi, Kampanye dan Publikasi, Pengurus Harian Wilayah AMAN Kalteng, Wanda Franata, dalam pembukaan acara.
Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini tidak hanya melibatkan relawan AMAN Kalteng, Infokom Pengurus Daerah AMAN Kalteng, BPAN Kobar (Barisan Pemuda Adat Nusantara Kotawaringin Barat), Perempuan AMAN, tetapi juga mahasiswa dari berbagai universitas di Palangka Raya yang tergabung dalam pers mahasiswa. Menurut Avry Parhusip, Koordinator Kegiatan, keterlibatan mahasiswa diharapkan membawa perspektif baru dalam penulisan berita yang segar dan kritis.
“Kita ingin memperkuat jaringan jurnalis masyarakat adat, baik dari internal AMAN maupun dari kalangan mahasiswa, agar informasi dari komunitas lebih konsisten dan relevan,” ujar Avry pada saat memberikan materi “Media sosial sebagai ruang-ruang kampanye”.
Pelatihan ini dirancang dengan metode yang terstruktur, mulai dari pengenalan dasar jurnalistik hingga praktik langsung penulisan berita serta turun ke lapangan untuk mengali data. Narasumber yang hadir di antaranya jurnalis dari Tempo dan Kompas, serta staf Infokom dari Pengurus Besar AMAN.
Menurut Dionisius R. Triwibowo, jurnalis Kompas yang menjadi salah satu narasumber, pelatihan ini memberikan wawasan penting bagi peserta untuk memahami cara menyampaikan isu lokal dengan standar jurnalistik dan kreativitas.
“Menulis tentang isu masyarakat adat membutuhkan sensitivitas dan kreativitas, tetapi tetap harus berdasarkan fakta dan kaidah jurnalistik yang baik,” katanya.
Selain itu, Agung Sedayu, salah satu narasumber dari Tempo, menerangkan terkait jembatan untuk Aliansi Masyarakat Adat dalam menjadi jurnalis warga untuk memberitakan semua hal yang berkait dengan masyarakat adat, wilayah adat melalui Tempo Witness.
“Kita memikirkan untuk jurnalis warga yang ada di AMAN ini tidak beresiko untuk melaporkan berita. Melalui kanal Tempo witness inilah kita bisa implementasikan jurnalis rakyat’, Jelas Agung, narasumber Tempo, ketika memaparkan materinya
Di sisi lain, Lani Diana juga menambahkan bahwa pentingnya di Tempo Witness untuk selalu menyampaikan tulisan yang berupa fakta atau peristiwa yang benar-benar terjadi di lapangan.
“Di Tempo Witness itu pada dasarnya dituntut untuk melaporkan fakta. Tapi yang terjadi kita melaporkan yang bukan fakta yaitu beropini. Opini itu tidak bisa digunakan karena dari berbagai sudut bisa dilihat dan berbeda beda”, Tambah Lani Diana, Narasumber dari Tempo pada saat menyampaikan materinya
Dari pelatihan ini, AMAN Kalteng menargetkan setiap staf Infokom mampu menghasilkan minimal tiga berita per bulan yang dipublikasikan di kanal media sosial AMAN. Berita-berita ini akan memuat isu-isu yang terjadi di komunitas adat, seperti konflik lahan, kebijakan yang tidak adil, hingga keberhasilan komunitas dalam menjaga kearifan lokal.
Dengan meningkatnya kapasitas para peserta, AMAN berharap pelatihan ini dapat menjadi langkah awal untuk memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat melalui media. Selain itu, inisiatif ini juga menjadi bukti bahwa suara komunitas adat dapat menjadi pendorong perubahan, baik di tingkat lokal maupun nasional.
“Jurnalis masyarakat adat adalah pilar penting untuk menjaga narasi lokal tetap hidup. Mereka tidak hanya menyampaikan berita, tetapi juga memperjuangkan keadilan bagi komunitasnya”, pungkas Ferdi Kurnianto, ketua PHW AMAN Kalteng pada saat menutup kegiatan Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat
Diakhir kegiatan setelah penutupan acara, para peserta menyampaikan kesan dan pesannya melalui perwakilan 1 (satu peserta putri dan 1 (satu) peserta putra untuk kegiatan Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat.
“Secara personal senang karena narasumber yang di undang oleh AMAN Kalteng. Tapi yang paling menarik ketika bang Agung Sedayu (Narasumber Tempo) menyampaikan terkait fakta dan data yang akan dituliskan. Kemudian saya juga merasa kagum dengan yang disampaikan kak Lani Diana (Narasumber Tempo) terkait bagaimana observasi, dan juga dari narasumber lainnya yang luar biasa”, Terang Thata Debora Agnessia, Barisan Pemuda Adat Nusantara, Kotawaringin Barat (BPAN Kobar)
“Kegiatan ini membuka wawasan saya tentang pentingnya peran jurnalis dalam menyuarakan aspirasi masyarakat adat yang sering kali terpinggirkan. Terima kasih kepada AMAN atas dedikasi dan upayanya yang luar biasa”, tegas Muhammad Fauzi Nurhadi, Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa Al Mumtaz, IAIN Palangka Raya
DuaEnam/AMANKALTENG
***